Minggu, 28 Februari 2010

sekedar pengen nulis

Indonesia memang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas perairan yang besar pula, sumberdaya perairan yang ada didalamnya pastinya sangatlah beraneka ragam. Begitulah gambaran yang disebutkan dengan percaya diri sering disebutkan pada bagian pendahulan dari sekian banyak artikel dan buku yang membahas tentang alam indonesia, terutama sumberdaya perairan. Dan kita sebagai manusia indonesia bisa bangga jika melihat latar belakang tersebut, karena memang sebenarnya negeri kita sudah kaya.

Sumberdaya perairan yang kaya tersebut dapat kita bagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu hayati dan non-hayati. Hayati sebagai contohnya adalah segala hewan dan tumbuhan yang hidup dalam biosfer perairan. Sedangkan non-hayati contohnya adalah segala barang tambang yang tersimpan dan terkubur di dasar perairan. Potensi wisata dengan memanfaatkan sumberdaya perairan dapat kita golongkan ke dalam golongan kedua, non-hayati.

TAPI APAKAH BESARNYA KEKAYAAN ITU TELAH MEMBUAT MANUSIA INDONESIA SUDAH KAYA???

 
Pertanyaan yang membuat kita akan bingung untuk menjawab sekaligus berdiskusi tentang jawabannya. Alasannya seperti ini : banyak sekali contoh yang dapat kita ambil bahwa pengelolaan sumberdaya perairan saat ini sudah maksimal dan dijalankan dengan baik, tapi tidak sedikit juga contoh dimana kita bisa melihat bahwa masih banyak sekali kesalahan-kesalahan pengelolaan yang dapat kita temukan. Pada beberapa diskusi yang membahas hal ini, lahirlah sebuah pernyataan bahwa sudah benar dan masih salah itu, merupakan sebuah pernyataan yang sifatnya RELATIF. Namun bagi alam, sifat relatif ini merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh kita manusia, yang tidak mengerti perasaan manusiawinya sendiri.

Sebuah KeRELATIFan amburadul, dimana saat ini pengelolaan sumberdaya perairan berkelanjutan yang dilaksanakan di negara kita masih DI-NOMOR-DUA-KAN, yang pasti harus mengalah terlebih dahulu dengan kepentingan lain yang berbau tai kucing (red: baca politik). Mungkin kita adalah negara dengan banyak sekali pulau sehingga beberapa-nya (pulau) saja dijual untuk mencukupi kebutuhan tai kucing tadi, maka tidak akan menjadi masalah. Atau beberapa daerah perawan yang masih suci dari tangan2 sampah, ternyata sudah terjual kepada pengusaha-pengusaha sukses yang memiliki tingkat pendidikan selangit, lucunya, mereka tidak bisa membaca : DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI DAERAH KONSERVASI.

Kesalahan yang menjadi kewajaran lain dapat kita ungkap dari beberapa hal yang adanya di dalam sistem, seperti : hanya ada berapa expertice yang mau berkecimpung dengan mempertahankan idealismenya untuk berani melawan dan mengatakan bahwa kesalahan bukan terletak pada bagaimana kita mengelola, tapi personil-personil pengelola-nya yang banyak bukan berasal dari individu-individu yang sadar akan pentingnya pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. contoh kasus (red: hanya contoh) : tingkat pendidikan nelayan yang rendah, bahkan mungkin tidak mengerti bagaimana ikan sebenarnya juga butuh ruang untuk tumbuh dan berkembang biak, bukannya semakin hari semakin ditangkap, baik itu ikan kecil atau besar.

SDPi kita memang kaya, tapi manusia kita BELUM. Ada banyak wajah-wajah warga pesisir yang tersenyum lebar karena merasa sangat terbantu dengan program-program pengelolaan dari pemerintah, tapi ada lebih banyak wajah-wajah warga pesisir yang harus bersedih karena kesalahan pengelolaan dari sistem yang masih ngalah dari tai kucing, atau pun kesalahan dari mereka sendiri karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan bagi mereka.


red;
tulisan diatas tidak bermaksud untuk mengkrikik atau pun menyakiti orang lain
hanya sekedar jeritan dari seorang yang pengen alam menjadi lebih baik.....

thank..by jojk 2010

2 komentar:

  1. jahhh
    mana ne komen...
    --"
    hiks

    jadi lupa kemaren ngomen pa tuh mas...
    hohohhohooho

    BalasHapus
  2. iya meth..
    sek ta coba cari dulu di settingannya..

    eh..kok gemeter yo ketemu kamu..
    hehe..

    thanks susbannya..hehe

    BalasHapus