Jumat, 29 Januari 2010

Beyond the sea

Ketika kita berbicara tentang laut, maka yang pertama kali terlintas di pikiran kita adalah ikan. Memang wajar karena ikan memang komoditas utama di laut, apalagi ikan laut, konon rasanya lebih gurih ketimbang ikan darat. Kemudian yang terlintas juga bahwa laut itu luas dan tentunya banyak ikan disana. Banyak ikan berarti banyak juga uang. Salah satu contohnya, di jepang 1kg daging segar ikan Tuna (thunnus sp) di jual dengan harga Rp. 1.200.000,-. Jadi bisa dibayangkan kalo kita punya 1 ton ikan tuna, wah udah cukup buat beli BMW kali ya??he...


Namun fakta berbicara lain, kondisi laut dengan jumlah ikan yang ada tidak seperti yang kita bayangkan diatas. Walau belum ada metode yang benar-benar pasti tentang perhitungan jumlah ikan di laut, namun beberapa ahli telah berani menyatakan bahwa konsidi saat ini sudah memprihatinkan. Melihat dari meningkatnya penduduk dunia yang artinya meningkatnya kebutuhan akan pakan termasuk ikan, maka hal ini berdampak pada meningkat pula armada kapal penangkap ikan yang beroperasi untuk mencukupi kebutuhan tersebut, yang berarti lagi bahwa banyak ikan di laut yang akan tertangkap dan yang akan di konsumsi oleh manusia. Sayangnya para pengusaha dan pemilik kapal ikan ini, jumlahnya berbanding terbalik dengan jumlah kapal-kapal tadi, alias sedikit sekali yang memikirkan dampak dari keadaan tersebut. Karena pastinya makin banyak menangkap ikan artinya makin banyak uang, makin berat bawa uang jadi bingung mau dibawa pake apa, jadi ngapain ikut2an mikir jumlah dan kelestarian ikan.

FAO sebagai organisasi dunia di bidang pakan telah mulai memperhatikan masalah ini. Dengan sebuah ”CODE OF CUNDUCT FOR RESPONSIBLE FISHERIES”, FAO memiliki puspose yang sangat tinggi dalam sustainability laut untuk menyediakan ikan sebagai salah satu komoditas pakan utama bagi manusia (fao.org). Keprihatinan dan kekhawatiran ini jelas tergambar jika kita melihat sebuah film dokumenter dari BBC berjudul DEEP TROUBLE, tentang kondisi ikan dan biota laut lainnya serta tekhnologi penangkapan ikan dan biota-biota tersebut, yang saat ini bisa dibilang sudah sangat maju. Jangan kebayang kapal-kapal penangkap ikan yang besar hanya membawa abk ma kaptennya aja. Faktanya, ternyata ada banyak tool/equipment yang digunakan untuk mempermudah mencari ikan, seperti; echosounder, fishfinder, radar, dkk-nya. Bahkan tidak hanya itu, dari film berdurasi 48 menit tersebut, di terangkan juga bagaimana teknik penangkapan ikan dengan bantuan helikopter. Pantas saja jika Joanna Sarsby (Producer, Editor sekaligus reporter dari film DEEP TROUBLE) menyatakan bahwa ”saat ini ikan sudah tidak dapat lagi lolos dari manusia”.

Kondisi tak bersahabat ini semakin di perburuk dengan adanya GLOBAL WARMING. GB memainkan peran sebagai pemacu dari semakin jeleknya laut untuk menjadi tempat tinggal dari ikan. Seorang ilmuwan bernama Dr Charlie Veron bersama-sama dengan The Royal Society (pemegang otoritas keilmuan terkemuka di Inggris) telah menyatakan hasil penelitian mereka bahwa terumbu karang yang rusak karena GB menjadi semakin banyak dan parah. Luasnya terumbu karang ini disebabkan karena makin besarnya efek ”Pemutihan” dan ”Acid sea/keasaman laut meningkat” di laut. Kedua-duanya disebabkan tidak lain oleh meningkatnya suhu global bumi. Jika ekosistem terumbu karang rusak maka bisa dipastikan akan terganggunya ekosistem laut yang lain, termasuk ikan. Ekosistem terumbu karang juga dikenal sebagai nursery ground bagi ikan, maka bisa kita bayangkan berapa jumlah ikan yang masih bisa bertahan dengan kondisi rumah yang seperti itu (kompas.com--”Terumbu Karang di Ambang Kehancuran”).

Bagi kita, sepertinya menyenangkan jika kita membayangkan dan membicarakan tentang laut, tentang kelimpahan organisme dan biodiversity yang sangat berharga didalamnya. Namun karena ulah kita, manusia, laut menjadi kehilangan beberapa kesempatan untuk memamerkan kepada kita, bahwa betapa lebih indah dan bermanfaatnya dia, jika kita sendiri sebagai makhluk paling sempurna juga ikut menjaganya. Alam merupakan salah satu contoh keseimbangan yang sangat sempurna dari Tuhan, dan kita juga merupakan bagian dari alam, ketidakseimbangan yang kita ciptakan ini pastinya juga akan menjadi tanggung jawab kita, manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar