Rabu, 09 Maret 2011

Alam adalah punya kita bukan milik kita

Masih tersisa halaman kosong dari banyak halaman yang sebenarnya dapat kita isi dengan sebuah harapan-harapan idealisme terhadap alam. Halaman kosong adalah sebab dan akibat yang terpenakan dalam memori otak-otak cerdas manusia. Dan tulisan ini hanya sebagian dari sedikit harapan, sekedar mengulang kembali pertanyaan siapa diri kita sebenarnya?

Alam bagai batu yang tersusun dari tulang belulang manusia sendiri, memang itulah adanya bahwa kelak manusia mati juga akan kembali ke tanah, manusia pertama pun lahir dan terkubur di dalam tanah. Maka sangat ironis kita sebagai manusia mengingkari jati diri kita sendiri dengan memaksa alam untuk melayani kita, bukan sebaliknya.

gambaran nenek moyang yang bersahabat dengan alam (websource)
Nenek moyang kita mungkin lebih mengenal dekat dengan alam, atau bahkan bisa juga benar anggapan bahwa alam menjadi sahabat nenek moyong kita kala itu. Segala kebutuhan manusia tersedia secara gratis di alam, yang nenek moyang kita lakukan adalah menjaga agar alam tetap lestari dan mencukupi segala kebutuhannya. Perubahan jaman dengan segala tuntutannya menjadikan manusia terlena dan sudah lupa, siapa sebenarnya yang memenuhi semua kebutuhan hidup kita sekarang kalau tidak lain adalah alam.

gambaran revolousi industri (websource)
revolusi industri saat ini (websource)
Simbolisasi keterlenaan kita dimulai dari apa yang dikenal oleh manusia sebagai revolusi industri. Tonggak sejarah dimana manusia mulai mengekspolitasi alam dengan sepuasnya tanpa memperdulikan akibat dari tindakan egois itu sendiri. Dapat kita saksikan sekarang bagaimana keberhasilan manusia dengan kecerdasannya telah merasa sombong atas semua kemajuan tekhnologi yang ada sekarang. Dan tanpa sadar telah melupakan warisan-warisan sikap nenek moyangnya sendiri, sikap menghargai dan menyandarkan semua kepada alam.

Ketika bencana datang (websource)
Seketika mata manusia terbuka lebar. Ketika alam membakar api amarahnya dengan simbol bencarna. Serta merta sambil menangis manusia mengiba pertolongan kepada alam. Segala kemajuan tekhnologi manusia tidak dapat menunda datangnya bencana. Dan kita masih saja kita beranggapan kitalah korban dari bencana. Jadi mari kita bertanya, apa itu bencana, dan apa itu korban? sudahkah kita sadar jika bencana adalah kita, manusia sendiri, dan korban adalah alam. Alam hanya sedikit menjawab doa-doa manusia agar selalu terus memberikan semua yang dia punya untuk kebahagian manusia. Tapi, bolehkan jika alam sendiri yang berdoa?
"Berikanlah sedikit rasa peduli kalian hei manusia, kepada saya alam, untuk memberikan suatu peringatan kepadamu manusia, bahwa saya sudah tua sekarang"

1 komentar: